Postingan

Memulai

Dua tahun terakhir merupakan salah satu fase kehidupan terberat. Ya, bagi hampir seluruh umat manusia di bumi ini juga kayaknya kesulitan dimasa pandemi. Entah kenapa, buatku mulai keluar dari zona nyaman rasanya susah kali. Kayak aku lebih sering meratapi kesedihanku dan gak mau memulai sesuatu yang baru. Hal baru yang ku maksud nih lebih ke keinginan punya penghidupan yang layak, semakin sehat jiwa raga, dan serius menekuni satu hal. Aku punya banyak ketertarikan, tapi gak ada satupun yang aku coba dan aku tekuni. Tidak disiplin sih lebih tepatnya. Ya memang bikin diri sendiri disiplin itu bener-bener butuh kekuatan super sih. Belum lagi minat yang berubah-ubah. Kapan hari pengen banget bisa nulis di Wattpad, besoknya ganti pengen jadi Youtuber, besoknya pengen jadi chef, besoknya lagi jadi reviewer. Emang deh, susah kalo pengen doang tapi gak bisa konsisten. Makanya mulai dari sekarang, aku akan berusaha untuk mengisi waktu luangku melakukan sesuatu. Bener-bener melakukan aktivitas

How can I not fall in love again?

 Jika ada yang bilang bahwa tidak butuh alasan untuk jatuh cinta, sepertinya aku ga bisa sepenuhnya setuju. Aku menyadari momen saat aku merasakan emotional attachment  yang besar adalah momen aku jatuh cinta. Dengan pasanganku yang sekarang, aku merasakan emotional attachment  atau jatuh cinta itu pada saat aku merasakan energi positifnya begitu besar, yang mana aku ga punya. Dia berusaha menularkan dan membagikan energi positifnya kepadaku. Dia selalu optimis, padahal aku tau dia sedang bingung dan merasa masa depannya gelap. Pada saat itu, kami sama-sama merintis karir dan kami sama-sama punya krisis finansial yang besar. Aku tau suatu saat nanti, dia akan menjadi seseorang yang sukses nantinya. Hingga akhirnya, dia punya karir yang lebih baik dan jelas daripada karirku. Sebagai pasangan yang kompetitif (heleh), tentu aku merasa iri dengan pencapaiannya. Ada saat-saat aku kesal dengan dorongannya untuk membuatku bergerak keluar dari zona nyaman dan melawan batasan diriku sendiri. Iy

27 Tahun

 Alhamdulillah.... T he biggest highlight of this year, I can survive. That's matter, cause siapa yang gak tertekan hidup di tengah pandemi dan banyak rencana yang gagal? But once again, I survive. Sebenarnya yang paling berat adalah being unemployed dan kondisi finansial keluarga yang otomatis sangat terdampak karena pandemi. Apalagi sudah berumur begini, masa beli paketan internet minta orang tua, sedangkan orang tua juga susah buat belanja bulanan. Akhirnya ya kumpulin receh-receh yang literally receh untuk survive . Rencana kerja yang harusnya sudah mulai dari bulan Maret dan kudu ditunda sampai belum tau kapan, bikin makin stressssssssssssss... Beruntungnya, Alhamdulillah, berkat bantuan seorang teman, dikasihlah projek yang masih berlanjut hingga saat ini. Benar-benar sangat membantu, even  kerja saat ada klien aja, tapi paling tidak buat aku cukup dan bisa bantu pasanganku untuk survive  juga di tengah pandemi ini.  Rasanya kayak setiap tahun aku selalu nunggu-nunggu, hal be

Belajar Menjadi Diri Sendiri

Dalam beberapa bulan terakhir, aku merasa ada hal yang kurang nyaman untuk aku tampakkan kepada orang lain. Biasanya, aku nyaman saja untuk menunjukkan kekonyolan atau kecerobohan diriku ke teman-teman, terutama yang ada di media sosial. Lalu semenjak sering kali terjadi komentar viral dan si komentator itu "dikuliti" habis-habisan latar belakangnya, aku menjadi lebih berhati-hati dan sampai di tahap aku gak pengen orang lain tau siapa aku yang sedang berkomentar ini. Ternyata aku masih peduli dengan image  diriku hahaha.. terlebih ketika sudah diambil sumpah untuk menjalani profesiku saat ini. Mungkin nampaknya terlalu insecure  ya, tapi entahlah.. aku merasa gak ada tempat yang aman untuk berkeluh kesah atau menunjukkan opini secara vokal. Lain waktu, aku pengen galau dan mengeluh di media sosial. Menumpahkan semua hal-hal yang sudah bikin aku kesal, tapi aku ingat bahwa orang lain pasti akan menilai keterkaitan antara profesiku saat ini dengan perilakuku bermain media sosi

10 Tahun

 Apa yang bisa terjadi dalam 10 tahun? Ternyata banyak juga, ya. Aku sudah menyelesaikan masa SMA-ku kurang lebih 8 tahun lalu. Aku sudah merasakan patah hati berkali-kali. Aku sudah menyelesaikan studi S-1 dan S-2 selama hampir 7 tahun terakhir. Keponakanku sudah nambah 2, alias jadi 6 orang krucil-krucil. Aku punya kucing 4 ekor, yang aku sayang banget banget banget. Kapan-kapan aku ceritain deh tentang tingkah laku mereka. Teman-teman ku juga sudah banyak berubah. Mereka yang dulu aku mention  di blog ini, kini sudah memiliki hidup masing-masing. Aku juga sudah ga pernah tau kabar Bu Karlin. Apa kabar, Bu? Huhu.. Kini tinggal teman-teman terdekat saja yang masih saling berhubungan. Aku senang dan sayang dengan mereka, yang hingga kini masih setia mendengarkan cerita-ceritaku, yang mostly gak berubah jadi lebih berbobot wkwkwk.. Sekarang aku sudah mencapai cita-cita terpendam, yang dulu hanya terbesit, tapi nyatanya bisa jadi kenyataan. Blog ini menjadi sentimentil, karena seperti m

cerpen saduran dari majalah Bobo

ini adalah tugas bahasa indonesia kelas 9. Bu Karlin nyuruh murid-muridnya membuat sebuah karangan cerita sebanyak 1000kata. karena aku murid yang tidak baik, jadi aku njiplak dari majalah bobo ku yang jaman dulu hahaha.. maaf ya,bu! Tapi banyak yang udah tak rubah. intinya aja kok bu yang masih sama. makasih Bu Karlin, untuk semuanya! muahahahahah Harusnya Mama tidak memilih sekolah ini untukku, kata Kana dalam hati. Kana mengeluh melihat temen-temen sekelasnya bergembira. Lomba Pemilihan Ibu Teladan diadakan lagi di sekolah ini. Pesertanya para ibu murid kelas tujuh sampai kelas sembilan. “Anak-anak, jangan lupa formulirnya dikumpulkanminggu depan, ya!” ujar Pak Andre. “Yaaaa, Paaak!“ seru anak-anak gembira, kecuali Kana yang diam saja. Dia menyelipkan formulir itu ke dalam tas dalam-dalam. Bel pulang pun berdering. Anak-anak kelas delapan langsung bergegas pulang, namun Kana rasanya ingin di kelas saja. Malas pulang “Kana, ayo!“ panggil Sisil dari pintu kelas. Kana lupa bahw

pameran sekolah

kalo liburan enaknya ngapain? sebagian orang mungkin menghabiskan liburannya dengan refreshing atau paling nggak bangun kesiangan dan nonton tivi sampai bosen. nah, bagi pelajar rajin kayak aku, bangun-bangun langsung ngadep laptop buat nyari tugas yang amat sangat penting yaitu membuat brosur. Allah... belom lagi tugasku buat PAMERAN. PAMERAN ini diadakan oleh sekolahku tercinta, SMA Negeri 16 Surabaya buat ngisi nilai UAS kesenian. pentingkah? bagi beberapa orang temenku yang kebal sama peraturan dan gak ngurusin nilai, jelas ini tugas buang-buang waktu. tapi toh memang harus dijalankan sekalipun mereka gak mau. hahaha.. rasakan. disinilah ketidakkompakan terjadi. gak mungkin mengumpulkan ide satu kelas menjadi sesuatu yang indah. bagiku itu mustahil. ya, beda pendapat dan ada yang gak mau kerja membuat temenku yang kebagian sie dekorasi marah-marah. termasuk aku juga kena semprot amarahnya. hal yang bikin aku gak terima, tiba-tiba dia nunjuk aku dan bilang, "sebagai ben