Belajar Menjadi Diri Sendiri

Dalam beberapa bulan terakhir, aku merasa ada hal yang kurang nyaman untuk aku tampakkan kepada orang lain. Biasanya, aku nyaman saja untuk menunjukkan kekonyolan atau kecerobohan diriku ke teman-teman, terutama yang ada di media sosial. Lalu semenjak sering kali terjadi komentar viral dan si komentator itu "dikuliti" habis-habisan latar belakangnya, aku menjadi lebih berhati-hati dan sampai di tahap aku gak pengen orang lain tau siapa aku yang sedang berkomentar ini. Ternyata aku masih peduli dengan image diriku hahaha.. terlebih ketika sudah diambil sumpah untuk menjalani profesiku saat ini. Mungkin nampaknya terlalu insecure ya, tapi entahlah.. aku merasa gak ada tempat yang aman untuk berkeluh kesah atau menunjukkan opini secara vokal.

Lain waktu, aku pengen galau dan mengeluh di media sosial. Menumpahkan semua hal-hal yang sudah bikin aku kesal, tapi aku ingat bahwa orang lain pasti akan menilai keterkaitan antara profesiku saat ini dengan perilakuku bermain media sosial. Jyujyur, aku jadi agak agak stres dengan hal itu, kayak gak bisa mengekspresikan apa yang aku rasakan. Sekarang, aku benar-benar minim menggunakan media sosial dan justru merasa tertekan jika terlalu dapat sorotan. Kayak gak pengen terlalu menonjol, gak pengen bersinar terlalu terang, dan aku sudah cukup nyaman dengan bagaimana aku hidup sekarang. 

Masa ini adalah tahapan baru lagi dari belajar menjadi diri sendiri. Semakin bertambah usia, aku semakin ingin fokus kepada diri sendiri dan melakukan hal-hal yang aku suka tanpa banyak orang yang notice tentang aku. Gak perlu banyak orang mengenal aku, latar belakang keluarga, diriku, pasangan ataupun membuat diriku shine bright agar dapat atensi. Aku merasa cukup, tidak ingin lebih, tidak perlu dikurangi. Diriku yang sekarang sudah cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Tahun

pameran sekolah